Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Fatihah: 2)
Ayat yang agung ini mengandung pelajaran, di antaranya:
- Penetapan bahwa Allah memiliki nama, yang di antaranya adalah dua nama ini; ar-Rahman dan ar-Rahim. Nama ar-Rahman mengandung sifat kasih sayang pada diri-Nya. Adapun nama ar-Rahim mengandung perbuatan Allah yang merahmati hamba-hamba-Nya (lihat Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 10)
- Nama Allah ar-Rahman juga mengandung makna suka memberikan kebaikan, bersifat dermawan, dan suka berbuat kebajikan (lihat al-Fawa’id, hal. 21)
- Di dalam ayat ini terkandung salah satu pilar ubudiyah yaitu roja’/harapan. Maksudnya dengan merenungi kandungan ayat ini maka seorang hamba akan senantiasa mengharapkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab apabila Allah itu adalah sosok yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, maka tentu saja rahmat/kasih sayang-Nya sangatlah diharapkan (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 18)
- Ayat ini -sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya- menunjukkan bahwa rububiyah Allah itu dilandasi dengan sifat kasih sayang yang sangat luas, bukan rububiyah yang dibangun di atas sifat suka menyiksa dan menghukum (lihat Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 10)
- Seorang hamba akan bisa meraih kebahagiaan dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah ta’ala. Karena dengan mengenali keindahan dan keagungan nama-nama dan sifat-sifat-Nya maka dia akan bisa menyempurnakan kekuatan ilmunya (lihat al-Fawa’id, hal. 20)
- Nama ar-Rahman menunjukkan rahmat Allah yang maha luas dan mencakup seluruh makhluk. Oleh sebab itu ketika berbicara tentang kemuliaan diri-Nya yang ber-istiwa/tinggi menetap di atas Arsy -sementara Arsy itu meliputi semua makhluk- maka Allah menyebut dirinya dengan nama yang memiliki kandungan sifat yang paling luas pula yaitu ar-Rahman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “ar-Rahman istiwa’ di atas Arsy.” (QS. Thaha: 5). Di sisi lain, Allah juga berfirman (yang artinya), “Rahmat-Ku luas mencakup segala sesuatu.” (QS. al-A’raaf: 56). (lihat adh-Dhau’ al-Munir fi at-Tafsir [1/60])
- Konsekuensi dari sifat rahmah/kasih sayang yang terdapat dalam nama ar-Rahman, adalah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk membimbing manusia demi kebahagiaan hidup mereka. Perhatian Allah untuk itu jelas lebih besar daripada sekedar perhatian Allah untuk menurunkan hujan, menumbuhkan tanam-tanaman dan biji-bijian di atas muka bumi ini. Tetesan air hujan akan membuahkan kehidupan tubuh jasmani bagi manusia. Adapun wahyu yang dibawa oleh para rasul dan terkandung di dalam kitab-kitab merupakan sebab hidupnya hati mereka (lihat at-Tafsir al-Qayyim, hal. 8).
- Berangkat dari faedah terakhir di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang ingin mendapatkan rahmat Allah yang sempurna di dunia dan di akherat maka dia harus tunduk kepada syari’at Rasul yang diutus kepadanya. Sehingga pada jaman sekarang ini -setelah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam– siapa saja yang ingin masuk surga dia harus tunduk kepada ajaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah ada seorang pun di antara umat ini yang mendengar kenabianku, entah dia beragama Yahudi atau Nasrani, kemudian dia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada ajaranku, melainkan dia pasti termasuk golongan penduduk neraka.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, lihat Syarh Muslim [2/243]). Maka tidak ada pertentangan sama sekali antara sifat kasih sayang Allah dengan dimasukkannya orang kafir ke dalam neraka. Wallahu a’lam.